Jumat, 04 Juli 2014

Puasa Tidak Hanya Sekedar Menahan Lapar dan Dahaga

Puasa adalah menahan dari makan, minum dan jima’ disertai dengan niat. Akan tetapi perlu diketahui bahwasanya puasa tidak hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum serta jima’ saja. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroni) Dari hadits tersebut dapat kita pahami bahwa tidak cukup bagi seseorang yang berpuasa hanya berupa rasa lapar dan dahaga saja -yang disebabkan karena menahan makan dan minum. Ini mengindikasikan bahwa puasa yang sebenarnya seharusnya lebih dari sekedar itu. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa banyak orang yang dalam berpuasa tidak mendapatkan apa-apa padahal dia telah menahan dirinya dari makan dan minum. Kenapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa? Puasa seseorang akan menjadi sia-sia dikarenakan ia tetap melakukan berbagai kemaksiatan-kemaksiaan kepada Allah. Hendaknya seseroang yang berpuasa tidak melakukan perbuatan-perbuatan maksiat yang bisa mengurangi bahkan menghilangkan pahala puasa. Sebagaimana hal ini diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: مَنْ لمَ ْيَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلِ بِهِ فَلَيْسَ ِللهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannnya, maka Allah tidak memerlukan orang itu untuk meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya).” (HR. Al-Bukhari) Jadi Allah tidak membutuhkan puasa seseorang yang tidak meninggalkan kata-kata dusta, memfitnah, mengadu domba, dan yang sejenisnya yang termasuk dalam perkataan-perkataan yang buruk dan juga tidak meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah ta’ala. Maka yang dituntut ketika seseorang berpuasa adalah hendaknya berpuasa pula penglihatan, pendengaran, lisan, dan seluruh anggota badannya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah ta’ala. Inilah puasa yang sebenarnya. Ada pun puasa seseorang yang hanya menahan diri dari makan dan minum dalam puasanya, maka inilah sejelek-jelek puasa seseorang sebagaiman yang diungkapkan oleh Ibnu Rojab, أَهْوَنُ الصِّيَامُ تَرْكُ الشَّرَابِ وَ الطَّعَامِ “Tingkatan puasa yang paling rendah adalah puasa yang hanya meninggalkan minum dan makan saja.” Maka perhatikanlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut agar kita bisa menahan diri kita dalam rangka menjaga puasa kita. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallhu ‘anhu , bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, إِذَا كَانَ يَوْمَ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ وَلاَ يَجْهَلْ، فَإِذَا شَاتَمَهُ أَحَدٌ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ “Jika pada hari salah seorang diantara kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membuat kegaduhan dan tidak juga melakukan perbutan orang-orang bodoh. Dan jika ada orang yang mencacinya atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” (HR. Bukhori) Bogor, 3 Ramadhan 1435 H/ 01 Juli 2014 Muhammad Ilyas —- Artikel ELSUNNAH.wordpress.com